Salamku Untuk Soe Hok Gie dan Idhan Lubis
Enam belas, bulan dua belas, satu sembilan enam sembilan
Di puncak maha tinggi itu, desember (pernah) menabur tangis
Untuk kepergian Soe Hok Gie dan Idhan Lubis
Dan hutan
melepas mereka
Ke ribaan bintang-bintang
Memang kita tak pernah dipertemukan
di persimpangan manapun di jalan-jalan
memang kita tak pernah bersama
di liku-liku setapak rimba dan hutan-hutan
tak pernah bersama di satu dingin gunung-gunung
tapi bukankah kita berjumpa di seribu persimpangan jiwa-jiwa
tapi bukankah kita sama-sama menelusur sejuta liku rimba kehidupan
kita yang jatuh cinta pada negeri ini
kita yang jatuh cinta pada udara segar,
terbang bebas burung-burung,
dan mekar bunga-bunga
sebelum segalanya
tiada
aku, engkau, dan danau-danau pun tahu
di antara ranting-ranting kering yang kita bakar
di antara dingin hawa-hawa yang turut masuk ke dalam tenda
jantung kita berdetak untuk harapan dan keinginan yang sama
kaki kita melangkah
membelah angin dan dingin kabut-kabut
mengusir lelah dan empat setan
untuk sampai pada puncak tertinggi keleluasaan itu
kebebasan dan kemerdekaan itu
Lestari surgaMu, Gie dan Idhan
Kita yang tak pernah menangis untuk sebuah kehilangan
Semoga berjumpa
di ketiadaan
Surabaya, 16-12-2012 (tepat 43 tahun setelah kepergian Soe Hok Gie dan Idhan Lubis)